Artificial Intelligence, Memperciut Lapangan Pekerjaan dan Hilangnya Sentuhan Nilai Kemanusiaan

Artificial Intelligence, Memperciut Lapangan Pekerjaan dan Hilangnya Sentuhan Nilai Kemanusiaan

--ilustrasi

Artificial Intelligence, Memperciut Lapangan Pekerjaan dan Hilangnya Sentuhan Nilai Kemanusiaan

RADARKAUR.CO.ID - Semua sudah tahu bahwa tidak sedikit ilmuwan Muslim yang telah menyumbangkan karya ilmiah hasil pemikirannya untuk dunia.

Satu diantaranya adalah ilmu dan pengetahuan tentang algoritma yang menjadi basis pijakan pengembangan komputer yang kini melaju menjadi apa yang tengah menghebohkan dunia, yaitu artificial intelligence.

Kecerdasan buatan atau artificial Inteligence yang disingkai AI yang sangat dibanggakan sekaligus meresahkan banyak orang.

BACA JUGA:Bakal Calon Bupati dan Wabup Kaur Diisi Birokrat, Mantan Bupati, Polisi hingga Pengusaha, Simak!

BACA JUGA:Eratani dan BPJS Ketenagakerjaan Bersinergi Meningkatkan Keamanan dan Kesejahteraan Petani Indonesia

Faktanya bahwa Artificial Intellegence tidak cuma sekedar memperciut lapangan kerja, sehingga banyak bidang pekerjaan yang diambil alih oleh mesin komputer dan robot.

Bahkan yang lebih mencemaskan ialah hilangnya sentuhan nilai kemanusiaan.

Hal itu disebabkan tak ada dialog, tak ada tawar menawar atau semacam toleransi dan tenggang rasa.

Karena semuanya terbilang saklek, pasti, tak bisa lebih tapi juga tidak boleh kurang.

BACA JUGA:Pemanfaatan Teknologi untuk Bertahan di Dunia VUCA, BINUS UNIVERSITY bekerja sama dengan BCA

Karena memang tidak mentolerir adanya kesalahan. Kalau kemudian mesin komputer macet, maka resikonya tak ada pelayanan yang bisa diperoleh bagi siapa saja yang memerlukan jasa dari hasil kerja mesin artificial inteligence tersebut.

Persis seperti untuk membayar karcis masuk ke jalan tol, atau melakukan transaksi tunai lewat rekening bank dan sebagainya yang sungguh dapat mempermudah sekaligus menimbulkan kesan jadi terasing, meski yang bersangkutan sedang berada di tengah keramaian.

Algoritma ditemukan oleh Al Khawarizmi pada tahun 780 Masehi ini baru mampu dikembangkan pemanfaatannya lebih jauh oleh Alan Mathison Turing pada tahun 1935.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: