Megawati: Ganjar atau Puan, Capres PDIP Pemilu 2024, Dalam Paradigma Kritis Teori Komunikasi
ANDRIYANTO Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Bengkulu.--(dokumen/radarkaur.co.id)
Titik perhatian penelitian paradigma kritis mengandaikan realitas yang dijembatani oleh nilai- nilai tertentu.
Ini berarti bahwa ada hubungan yang erat antara peneliti dengan objek yang diteliti. Setidaknya peneliti ditempatkan dalam situasi bahwa ini menjadi aktivis, pembela atau aktor intelektual di balik proses transformasi sosial.
Dari proses tersebut, dapat dikatakan bahwa etika dan pilihan moral bahkan suatu keberpihakan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari analisis penelitian yang dibuat.
Karakteristik keempat dari paradigma kritis adalah pendasaran diri paradigma kritis mengenai cara dan metodologi penelitiannya.
Paradigma kritis dalam hal ini menekankan penafsiran peneliti pada objek penelitiannya. Hal ini berarti ada proses dialogal dalam seluruh penelitian kritis.
Dialog kritis ini digunakan untuk melihat secara lebih dalam kenyataan sosial yang telah, sedang dan akan terjadi. (Sumber: Kamaruddin, Paradigma Kritis Ilmu Sosial Dan Komunikasi 1 (Teori Kritis & Critical Discourse Analysis), Lhokseumawe, 23 November 2013)
Nah dari penjabaran yang cukup jelas mengenai pengertian Paradigma dan Teori Kritis dalam Komunikasi tersebut.
Kita kembali ke topik mengenai mengapa Bu Mega selaku Ketua Umum belum memberikan sinyalnya siapa calon yang akan dimajukan dalam pesta Demokrasi 2024 mendatang.
Sedangkan di Partai yang seharusnya adalah pendukung Pemerintah atau koalisi Pemerintah saat ini dengan terang-terangan memilih calon Presiden yang berbeda dari tujuan koalisi awal.
padahal kemesraan antara PDI-P dan Nasdem yang dibangun dan ditampilkan melalui media dengan berbagai kedekatan cukup mesra.
namun dunia perpolitikan tidak dapat ditebak begitu saja, saat ini Ibu Mega sebagai Ketua Umum PDI-P apakah ia dilema atau hanya taktiknya saja membaca peta politik yang ada.
karena dari berbagai pengalaman yang dilalui manuver-manuver politik yang dilakukan Partai Banteng ini cukup ciamik setelah kalah pada kontestasi politik tahun 2009.
Namun dengan pergerakan setelah kekalahan tersebut pada 2014 kembali berjaya dengan pengusungan Joko Widodo yang saat itu elektabilitas yang sangat moncer dikalangan Capres dan Cawapres yang berlaga.
Namun kali ini sampai terbitnya tulisan ini Penulis belum menemukan berita kepastian Politik PDI-P akan memajukan anaknya yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPR-RI dengan elektabilitas dari berbagai survey yang dilakukan oleh berbagai Lembaga Kredibel hanya 1 – 3 % tingkat kepemilihan.
Sedangkan nama Ganjar Pranowo dengan jabatan saat ini Gubernur Jawa Tengah dengan tingkat elektabilitas yakni 27 – 30 % jauh melampaui dari sang anak Ketua Umum yang digadang-gadang akan maju pada Pilres 2024 mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: