Sejarah Kerajaan Banten, Masa Kejayaan, Kemunduran, Peninggalan dan Cikal Bakal Kerajaan Kaur

Sejarah Kerajaan Banten, Masa Kejayaan, Kemunduran, Peninggalan dan Cikal Bakal Kerajaan Kaur

Meriam Ki Amuk, Senjata Pamungkas Kerajaan Banten, Hadiah Sultan Demak kepada Putra Sunan Gunung Jati--ilustrasi net

Namun, upaya-upaya ini tidak berhasil dan ia terus mendapat tekanan dari VOC.

Pada tahun 1752, VOC berhasil menyerang dan menghancurkan ibu kota Surosowan.

Sultan Zainul Abidin terpaksa melarikan diri ke Anyer dan kemudian ke Cirebon.

Ia meninggal pada tahun 1753 dan digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad Syifa Zainul Arifin.

Sultan Muhammad Syifa berusaha untuk mempertahankan sisa-sisa wilayah kekuasaannya dari serangan VOC dan Mataram.

Namun, ia tidak mampu mengatasi masalah-masalah internal dan eksternal yang mengancam Kerajaan Banten.

Pada tahun 1808, Gubernur Jenderal Daendels mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa Kerajaan Banten menjadi bagian dari Hindia Belanda secara sepihak.

Sultan Muhammad Shafiuddin, yang saat itu menjadi raja terakhir Kerajaan Banten, menolak dekrit tersebut dan melawan Daendels.

Namun, ia dikalahkan dan ditangkap oleh pasukan Belanda pada tahun 1813. Ia dibuang ke Ambon dan meninggal di sana pada tahun 1833.

Peninggalan Kerajaan Banten

Meskipun Kerajaan Banten telah runtuh, namun peninggalan-peninggalannya masih dapat ditemukan hingga saat ini.

Beberapa peninggalan Kerajaan Banten yang terkenal adalah:

– Masjid Agung Banten: Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf (1570-1580) dan merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia.

Masjid ini memiliki arsitektur yang unik dengan menara-menara yang tinggi dan kubah-kubah yang berbentuk bawang.

– Benteng Surosowan: Benteng ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570) sebagai ibu kota Kerajaan Banten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: