Sejarah Kerajaan Banten, Masa Kejayaan, Kemunduran, Peninggalan dan Cikal Bakal Kerajaan Kaur

Sejarah Kerajaan Banten, Masa Kejayaan, Kemunduran, Peninggalan dan Cikal Bakal Kerajaan Kaur

Meriam Ki Amuk, Senjata Pamungkas Kerajaan Banten, Hadiah Sultan Demak kepada Putra Sunan Gunung Jati--ilustrasi net

Karena dalam pertempuran Sultan Ageng Tirtayasa yang akan menggempur Belanda, justru didukung oleh Pasukan Abdul Qahar.

Akibat pengkhianatan itu, Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa harus menerima kekalahan dan terpaksa melarikan diri.

Semenjak Banten di kuasai oleh Belanda, beberapa keturunan Raja dan Bangsawan Banten yang
menolak bekerjasama dengan Belanda pergi meninggalkan negerinya.

Mereka mencari daerah baru yang dianggap dapat menjadi bandar dagang alternatif. Hingga harus menyeberangi Selat Sunda menuju Pulau Sumatra.

Di Pulau Sumatra pilihannya itu jatuh ke daerah pantai Barat Sumatera, tepatnya pantai Barat Bengkulu.

Salah satu Keluarga Kerajaan Banten yang ada dalam rombongan itu adalah orang tua Raja Luwih yaitu Dewa Sekajang Hitam dan Dewa Sekajang Putih.

Mereka memutuskan untuk mencari daerah baru yang terletak di pesisir Sumatera, yang di harapkan dapat menggantikan posisi pelabuhan Sunda Kelapa sebagai atau pelabuhan laut yang sangat vital bagi perdagangan pada masa itu.

Keputusan untuk memilih daerah pesisir barat Sumatera, setelah usaha untuk menyerang dan menaklukan Kesultanan Palembang gagal, kerajaan Banten baru menfokuskan untuk menguasai daerah disekitar pesisir Barat pulau Sumatera.

Tugas penaklukan pantai barat Sumatera itu dilakukan oleh Pangeran Santa (Senehati), dengan terlebih dahulu
menaklukan Lampung.

Setelah pesisir Lampung Selatan ditaklukan ia menetap di daerah Ketapang Kalianda.

Baru setelah posisinya pulih dan kuat setelah penyerangan Lampung, ia melanjutkan perjalanannya dan tiba di Bandar Bintuhan sekitar tahun 1693.

Bandar Bintuhan kemudian dipilih oleh Pangeran Santa sebagai tempat yang cocok dan nilai sangat strategis.

Oleh sebab itu ia mulai melakukan pembangunan pelabuhan laut di daerah Bintuhan dan daerah ini nantinya berkembang menjadi salah satu pelabuhan dagang yang cukup diperhitungkan di pantai Barat Sumatera.

Sementara itu sebagai bukti keberadaan dari keberadaan keluarga Raja Luwih di Lampung adalah, bahwa sampai saat ini masih ada tanah adat disekitar Ketapang Kalianda, Lampung yang diakui banyak orang sebagai milik Kerajaan Kaur.

Setelah daerah Bintuhan dapat dikuasai dan kemudian diputuskan untuk menetap di sana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: