Sejarah Kerajaan Banten, Masa Kejayaan, Kemunduran, Peninggalan dan Cikal Bakal Kerajaan Kaur
Meriam Ki Amuk, Senjata Pamungkas Kerajaan Banten, Hadiah Sultan Demak kepada Putra Sunan Gunung Jati--ilustrasi net
Semenjak itu pula Pangeran Santa (Sante) sering mendapat tantangan dan gangguan dari Kerajaan Rejang, yang pada waktu itu telah terlebih dahulu menguasai daerah Kaur.
Perselisihan tersebut berkembang menjadi perang terbuka antara Pangeran Santa (Sante) dengan kerajaan Rejang.
Gangguan yang dilakukan oleh Kerajaan Rejang ini sudah sangat menganggu dan tidak lagi bisa di atasi oleh pasukan Pangeran Santa (Sante).
Maka kemudian ia meminta bantuan adiknya, Pangeran Raja Luwih Seberani Gunung Kaur yang pada masa itu masih bermukim di Ketapang Kalianda.
Dalam perjalanan dari Ketapang Kalianda menuju Kaur, beliau membuat pedang pusaka yang diberi nama "SEBARAU LAPAR ", guna menghadapi Kedikdayaan Balandika dari Kerajaan Rejang.
Selain dalam rangka membantu menghadapi Kerajaan Rejang, Raja Luwih Seberani Gunung Kaur juga diminta membantu untuk menghadapi gangguan dari pemberontak dari Abung (Penumpu) yang sering menganggu dan memeras Rakyat Kaur.
Pedang Sebarau Lapar saat ini disimpan dengan baik oleh keturunan Raja Luwih Seberani Gunung Kaur. yang
bermukim di Desa Way Hawang, Marga Sambat.
Wilayah Rimba Maya atau Kaur kemudian dibagi oleh Pangeran Santa yaitu, wilayah Sambat hingga ke Hulu Sungai
Triti, atau Air luas, sampai ke daerah Haji atau Nambak, diberikan kepada pangeran Raja Luwih Seberani Gunung Kaur.
Sedangkan daerah di sekitar Bandar Bintuhan menjadi milik Pangeran Santa.
APangeran Raja Luwih Seberani Gunung Kaur kemudian menikahi Putri Cendi Mas dari Bengkenang Lembak, Mulak Hulu, yang merupakan kerabat dari raja-raja kedaulatan Pasemah.
Pada sekitar tahun 1697, Pangeran Raja Luwih Seberani Gunung Kaur mendirikan Kerajaan Kaur dengan pusat pemerintahannya terletak di daerah Liapan, Sambat.
Kerajaan Kaur runtuh pada tahun 1842, setelah terjadi peperangan dengan Belanda dan Pangeran Cungkai di langit
ke-3 sebagai raja yang berkuasa pada saat itu melakukan evakuasi ke Tanjung Gina dan meninggal dunia di sana.
Tahta dan tampuk kekuasaan kemudian dipegang oleh Ratu Dale yang melakukan pelarian dan memindahkan pusat
pemerintahan ke daerah Hulu Luas, tepatnya di daerah Kedu atau Penyakaian.
Pada masa pemerintahan Ratu Dale inilah beliau memberikan wilayah Peraduan Tinggi sampai ke daerah Sumur Kayu Rimau kepada Suku Semendo.
Prosesi penyerahan itu dilakukan oleh Raja Niti selaku panglima perang Kerajaan Kaur. Sedangkan Suku Semendo diwakili oleh Andaluddin dari garis keturunan Sarang Pemancing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: