Harga Minyak Brent Naik 5 Persen, Respon Terhadap Eskalasi konflik Palestina-Israel

Harga Minyak Brent Naik 5 Persen, Respon Terhadap Eskalasi konflik Palestina-Israel

Harga Minyak Brent Naik 5 Persen, Respon Terhadap Eskalasi konflik Palestina-Israel--ilustrasi

Harga Minyak Brent Naik 5 Persen, Respon Terhadap Eskalasi konflik Palestina-Israel

LONDON, RADARKAUR.CO.ID - Pada lelang hari Senin tanggal 9 Oktober, harga minyak Brent langsung naik 5 persen dan mencapai $89 per barel. Harga meningkat tajam di tengah eskalasi konflik Palestina-Israel.

Investor khawatir bahwa eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah dapat menyebabkan gangguan pasokan energi ke pasar global.

Pada saat yang sama, sebagaimana dicatat oleh para ahli, saat ini sudah terjadi kekurangan bahan mentah di dunia, karena Rusia dan negara-negara lain dalam aliansi OPEC+ terus mengurangi produksi dan ekspor hidrokarbon.

BACA JUGA:Pendinginan Inflasi: Nilai Dolar Turun di Bawah 99 Rubel setelah lonjakan pertama dalam satu setengah tahun

BACA JUGA:BREAKING NEWS: Kemenlu Keluarkan Notice, WNI di Palestina maupun Israel Diminta Keluar Wilayah

Pada saat yang sama, harga minyak sedang tertekan oleh penurunan permintaan bahan bakar di Amerika Serikat, yang mungkin mengindikasikan memburuknya situasi perekonomian Amerika, kata para ahli.

Pada hari Senin, 9 Oktober, perdagangan di pasar energi global disertai dengan fluktuasi harga minyak yang tajam.

Pada awal hari, harga patokan minyak mentah Brent di bursa ICE di London naik 5,2% menjadi $89 per barel, dan harga minyak WTI Amerika naik 5,4% menjadi $87,23 per barel.

Setelah itu, kuotasi sedikit menurun, masing-masing menjadi $87 dan $85, namun masih tetap jauh lebih tinggi dibandingkan level hari Jumat.

BACA JUGA:Kajati dan 2 Kajari serta 2 Asisten lingkup Kejati Bengkulu Dapat Promosi, Ini Penggantinya

BACA JUGA:15 Produk Skincare Lokal Terlaris dan Recomendded, Wajah Glowing tanpa Keriput di Usia Kepala 4

"Pelaku perdagangan bereaksi secara emosional terhadap eskalasi konflik Palestina-Israel," kata Igor Galaktionov, pakar pasar saham di BCS World of Investments.

Menurutnya, investor khawatir akan terjadinya eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah yang dapat menimbulkan masalah pada transportasi bahan mentah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: