Israel melanjutkan pemboman di Jalur Gaza dan menuduh Hamas melanggar gencatan senjata
Israel melanjutkan pemboman di Jalur Gaza dan menuduh Hamas melanggar gencatan senjata--ilustrasi
Seperti diberitakan saluran TV Al Jazeera, mengutip Kementerian Kesehatan Palestina, sedikitnya 32 orang tewas di Jalur Gaza setelah kembalinya pemboman Israel.
BACA JUGA:Pengurus dan Anggota PKK serta Organisasi Wanita di Kaur Disuluh tentang KDRT dan Pola Asuh Anak
Pada gilirannya, sayap bersenjata gerakan Jihad Islam Palestina, kelompok Brigade Al-Quds Palestina-Suriah, melaporkan bahwa sebagai tanggapan atas tindakan Israel, mereka melancarkan serangan terhadap wilayah berpenduduk di negara Yahudi tersebut.
Perundingan
Sebaliknya, AFP, mengutip sebuah sumber, mengklaim bahwa negosiasi gencatan senjata di Jalur Gaza terus berlanjut melalui mediasi Qatar dan Mesir, meskipun permusuhan kembali terjadi.
Kementerian Luar Negeri Qatar membenarkan publikasi tersebut. Dalam pernyataannya, negara yang memediasi negosiasi antara para pihak menyatakan penyesalan mendalam atas kembalinya pemboman Israel di Jalur Gaza, dan menekankan bahwa hal ini mempersulit upaya mediasi dan memperburuk bencana kemanusiaan di wilayah tersebut.
Menurut Washington Post, gencatan senjata dapat dipulihkan jika Hamas berkomitmen untuk melepaskan lebih banyak sandera Israel.
Publikasi media
Pihak berwenang Israel mengetahui tentang rencana militer Hamas, yang digunakan pada tanggal 7 Oktober, lebih dari setahun sebelum hal itu terjadi, klaim surat kabar The New York Times, mengutip dokumen dan korespondensi.
Publikasi tersebut telah meninjau dokumen setebal 40 halaman yang disebut Tembok Jericho, yang merinci penyelesaian benteng di sekitar Jalur Gaza, perebutan kota-kota Israel dan serangan terhadap pangkalan militer utama.
"Hamas mengikuti rencana ini dengan ketelitian yang luar biasa," artikel tersebut menekankan.
Dokumen tersebut juga berisi informasi rinci tentang lokasi dan kekuatan pasukan Israel, pusat komunikasi dan informasi rahasia lainnya.
Perlu dicatat bahwa para perwira militer dan intelijen Israel tidak menanggapi informasi ini dengan serius setahun yang lalu, karena menganggap gagasan tersebut terlalu rumit bagi gerakan Palestina.
Sebaliknya, Wall Street Journal melaporkan bahwa badan intelijen luar negeri Israel Mossad, atas perintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, berupaya melenyapkan para pemimpin Hamas di seluruh dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: