The Real Guilty Pleasures, Menyelami Film Eksploitasi Indonesia dalam Perspektif Baru

The Real Guilty Pleasures, Menyelami Film Eksploitasi Indonesia dalam Perspektif Baru

The Real Guilty Pleasures, Menyelami Film Eksploitasi Indonesia dalam Perspektif Baru--ilustrasi

The Real Guilty Pleasures, Menyelami Film Eksploitasi Indonesia dalam Perspektif Baru

JAKARTA, RADARKAUR.CO.ID - BINUS Publishing menyelenggarakan webinar bertajuk “Ngabuburit Bareng: Mengupas Buku The Real Guilty Pleasures” bersama Ekky Imanjaya, Ph.D., penulis buku tersebut dan Dosen Film di BINUS, serta Gorivana Ageza S.S., M.Hum., M.Fil., aktivis di dunia film dan Dosen di UNPAR.

Acara ini, yang digelar pada 22 Maret 2024 melalui Zoom, dipandu oleh Shadia Imanuella Pradsmadji, S.Sn., M.Si., Dosen Film di BINUS.

Ekky Imanjaya, pengajar di Departemen Film BINUS University, memiliki latar belakang Ph.D. dalam Studi Film dari University of East Anglia, Inggris.

BACA JUGA:Ajakan LindungiHutan, Mari Berkontribusi pada Kebaikan dengan Sedekah Pohon di Bulan Ramadan

BACA JUGA:Kemeriahan UI CISE Expo 2024, Peluang Emas Bagi Pencari Kerja dan Mahasiswa

Beliau dikenal sebagai kritikus film yang mendalami sinema Indonesia serta isu-isu keislaman dan budaya pop.

Karya-karyanya telah dimuat di berbagai platform ternama dan beliau aktif dalam beberapa festival film di Indonesia.

Buku terkini beliau membahas tentang film Madani dan karya Usmar Ismail.

Gorivana Ageza, dikenal sebagai Ibu Echa, adalah aktivis Bahasinema dan dosen di Universitas Katolik Parahyangan.

BACA JUGA:Utopia Bagikan 100 Xellar Cold Wallet untuk Rayakan HUT ke-2 Utopia Club

BACA JUGA:Sinergi Telkom dan Kemendag Dorong Pengembang Gim Lokal Merambah Pasar Global

Bergabung dengan kelompok diskusi film Sinesofia selama masa studinya, beliau kemudian turut mendirikan Bahasinema dan terlibat dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival serta menjadi juri di Festival Film Indonesia.

"The Real Guilty Pleasures" mengeksplorasi perjalanan film-film eksploitasi Indonesia dari akhir tahun 1970-an hingga awal 2010-an, menyoroti bagaimana film-film ini berperan dalam lanskap budaya lintas negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: