Siapa Membunuh Putri (8): Durian Lebat Sekebun Runtuh

Siapa Membunuh Putri (8): Durian Lebat  Sekebun Runtuh

Ilustrasi --

Aduh, parah sekali. 

”Belum punya, Pak!” kata saya, tapi urusan ini bisa beres dalam satu hari kalau diserahkan ke Bang Jon.   

“Ya, sudah lain kali saja. Tapi malam ini habis deadline, ketemu saya di hotel ya… Kita ngobrol, makan malam sama saya,” kata Pak IDR.

Satu kejutan lagi.

Satu kebun pohon durian berbuah lebat di musim panen dan sedang matang runtuh menimpaku! 

Dari kamar teratas dan termewah, president suite hotel Nagata Plaza, kamar yang dihuni Pak IDR aku bisa berkeliling melihat kota ini dari atas. 

Kerlap-kerlip lampu dan pendar kota di negeri seberang itu pun tampak cemerlang.   

Saya datang bersama Bang Eel.  Hanya kami berdua. 

Pak IDR sedang menelepon ke Surabaya.

Masih saja dia bertanya soal berita.  

Setelah menelepon dia bicara dengan kami. Langsung ke pokok persoalan.

“Kalian berdua punya calon nggak siapa yang bisa menggantikan kalian di Metro Kriminal? Saya mau kalian berdua siapkan koran kita yang baru Dinamika Kota,” katanya.

Saya dan Bang Eel terkejut. Meski Bang Eel tampaknya sudah menduga penunjukan itu.

”Eel GM, Abdur Pemred,” kata Pak IDR dengan nada bicara yang sama sekali tak mengandung keraguan, memaksa, menutup kemungkinan penolakan.

Seperti perintah yang harus segera dilaksanakan.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: