Iklan Banner KPU Provinsi Bengkulu

Siapa Membunuh Putri (8): Durian Lebat Sekebun Runtuh

Siapa Membunuh Putri (8): Durian Lebat  Sekebun Runtuh

Ilustrasi --

”El, belikan dia batik yang paling bagus, dan paling mahal,” kata Pak IDR, memberi perintah pada Bang Eel. 

”Nanti kamu pakai pas peresmian pabrik Maestrochip Corp. Saya diundang, saya mau ajak Abdur hadir.”

Saya memang tak punya baju batik. Kecuali dulu batik kodian seragam sekolah.   

Tapi mengingat batik mau tak mengingatkanku pada perempuan itu.

Perempuan yang masih kuharapkan bisa kutemukan lagi, yang jadi semacam alasan tambahanku datang ke kota pulau ini.  

Secara jarak, dari kota pulau ini aku lebih dekat dengan dia. 

Kami bertemu di Malang. Ia datang bersama kelompok kerja sosial dari kampusnya di negeri seberang itu.

Saya dapat pekerjaan sebagai pendamping. 

Honornya lumayan.  Mereka dibagi dalam beberapa kelompok minat.  

Dia sudah merancang sebuah kerja terkait para pengrajin batik kecil di Jawa. 

Di kelompok itu hanya dia anggotanya. 

Maka selama berada di Malang, kami ke mana-mana berdua saja, dengan motor  yang kusewa khusus untuk pekerjaan itu. 

Saya menyimpan kenangan yang berbeda dari aroma kain mori dan bau malam lilin bahan pembatik itu. 

Aroma yang seperti diracik oleh parfumer dengan aroma tubuh dan rambutnya. 

Konon begitulah mekanisme jatuh cinta, sebuah peristiwa reaksi kimia yang dihasilkan satu hormon tertentu dalam tubuh manusia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: