Siapa Membunuh Putri (8): Durian Lebat Sekebun Runtuh
Ilustrasi --
Kelasnya beda dengan koran umum.
Berhasil di koran metro, seperti yang sekarang kucapai, belum tentu bisa berhasil di koran umum.
Pada hari rapat itu, Pak IDR, ini panggilan kami kalau menyebut CEO kami itu, seperti kode pada dalam berita yang ia tulis sejak reporter, dan saya kira itu diambil dari tiga huruf di nama keduanya itu, beliau bicara tentang peresmian Maestrochip Corp.
Yang tak sampai seminggu lagi.
Iklan-iklan ucapan selamat sudah diorder oleh berbagai pijak, asosiasi, pebisnis, pemerintahan, lebih dari ratusan halaman totalnya.
Beberapa sudah terbit, iklan ucapan dari para pemasok dan penyedia berbagai jasa.
Iklan lowongan kerja sudah sejak beberapa bulan sebelumnya, dan itulah yang bikin angka oplah kami meningkat tinggi.
”Siapa namamu? Abdur, ya? Dur? Kamu punya baju batik yang bagus, nggak?” tiba-tiba Pak IDR menunjuk saya, bicara pada saya.
”Saya, Pak?” saya kaget.
Saya sejak awal sadar hadir dalam rapat itu hanya anak bawang yang tidak penting, timun bengkok yang tak masuk hitungan.
”Iya, kamu… Punya batik bagus, nggak?”
”Yang jelek aja nggak punya, Pak,” kata saya menjawab jujur, tapi bikin seluruh yang hadir dalam rapat itu tertawa.
Saya sungguh tak bermaksud melucu.
Apakah itu jawaban yang bodoh atau konyol?
Sampai bikin semua orang tertawa?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: