Kematian si Pahit Lidah Jawara Sumsel: Ziarah ke Makam Serunting Sakti dan si Mata Empat di Tepi Danau Ranau
Kematian si Pahit Lidah Jawara Sumatera Selatan: Ziarah ke Makam Serunting Sakti dan si Mata Empat di Tepi Danau Ranau.--(dokumen/radarkaur.co.id)
Tanpa sepengetahuan Pangeran Serunting, lawannya memiliki dua mata di belakang kepala yang bisa melihat segala bahaya.
Ia dengan mudah bisa menghindari buah pohon aren. Sekalipun Pangeran Serunting menjatuhkan buah sebanyak tiga kali.
BACA JUGA:Wartawan Nasional Tiba-Tiba jadi Kapolsek, Setelah Belasan Tahun Meliput, Ternyata...
BACA JUGA:Pendap atau Pepes Talus Khas Bengkulu, Kota Pengasingan Presiden Soekarno
Masih menyombongkan kekuatannya, ia lantas bergantian naik keatas pohon.
Pangeran Serunting yang geram lawannya tidak celaka segera tidur menelungkup di bawah pohon aren.
“Hei, si Pahit Lidah siapkah kau dengan kematianmu?,” ledek si Mata Empat dengan sombongnya.
“Jangan banyak omong, potong saja buah aren itu!,” jawab si Pahit Lidah.
BACA JUGA:Tradisi Ngidak Gelamai di Bengkulu Selatan, Kue Lebaran Turun Temurun Masyarakat Semaku
Tidak bisa menghindari ketika buah aren berhasil dijatuhkan oleh si Mata Empat, si Pahit Lidah tertimpa buahnya.
Ia seketika mati, akibat kucuran darah oleh buah aren yang menimpa kepalanya.
Tentu saja, si Mata Empat girang karena dirinyalah Jawara sesungguhnya. Namun, ia jadi penasaran dengan kabar burung soal rasa air ludah si Pahit Lidah.
Ia yang dikuasai penasaran lantas menyentuh ujung lidah lawannya dan langsung mengecap air ludah itu. Ternyata, rasanya lebih Pahit dari Brotowali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: