8 Kerajaan Islam di Sumatra, Dari Selat Malaka hingga Selat Sunda, Termasuk Kerajaan Kaur
8 Kerajaan Islam di Sumatra, Dari Selat Malaka hingga Selat Sunda, Termasuk Kerajaan Kaur.--Ilustrasi
BACA JUGA:Sosok Amangkurat I, Raja Otoriter, Bersahabat dengan Ratu Belanda, Pembunuh Adik Kandung dan Ulama
Sunan Gunung Jati tetap menjadi Sultan di Kesultanan Cirebon, sementara Kesultanan Banten diserahkan kepada putranya yakni Ratu Darah Putih.
Ratu Darah Putih melahirkan para sultan di Banten, salah satunya yakni Sultan Ageng Tirtayasa.
Pangeran Raja Luwih adalah putra dari pasangan suami istri Dewa Sekanjang Hitam dan Dewi Sekanjang Putih.
Mereka adalah saudara sepupu dari Ratu Darah Putih, penguasa pertama Kerajaan Banten.
Dalam buku berjudul "Peninggalan Sejarah dan Potensi Wisata Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu" yang diterbitkan BPSNP Padang diceritakan Raja Luwih (Sabrani Gunung Kaur) ini memiliki satu orang saudara bemama "Sante ".
Sante ini adalah kakak dari Raja Luwih dan menjadi Raja di Bintuhan.
BACA JUGA:Kisah Perang Pangeran Diponegoro Melawan Pasukan Ratu Belanda, Perang Terbesar di Nusantara
Berdirinya Kerajaan Kaur diawali situasi politik yang berkembang pada kerajaan Banten sedang terjadi krisis internal.
Krisis tersebut adalah adanya pembangkangan dari Pangeran Anom atau Sultan Abdul Qahar atau Sultan Haji kepada Ayahnya Sultan Ageng Tirtayasa sekitar akhir abad 15.
Sultan Haji lebih memilih untuk memihak pada Belanda guna mengambil hati Belanda.
Ternyata pembangkangan yang dilakukan oleh Sultan Haji dibayar mahal, karena justru dengan tindakannya itu membantu memuluskan jalan bagi Belanda untuk menguasai Banten.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: