BACA JUGA:Fotografer Profesional Puji Kemampuan Kamera Samsung Galaxy A54 5G
Ia tidak setuju dengan kebijakan ayahnya yang anti-Belanda dan ingin berdamai dengan VOC. Ia kemudian memberontak dan mendeklarasikan dirinya sebagai raja baru di ibu kota baru, Kaibon.
Konflik antara ayah dan anak ini dimanfaatkan oleh VOC untuk mengadu domba dan melemahkan Kerajaan Banten.
VOC mendukung Sultan Haji dengan memberikan bantuan senjata dan pasukan.
Akhirnya, pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa dikalahkan dan ditangkap oleh VOC. Ia meninggal dalam tahanan pada tahun 1692.
Sultan Haji kemudian menjadi raja boneka yang tunduk pada VOC.
Ia menyerahkan monopoli perdagangan rempah-rempah, garam, dan lada kepada VOC.
Ia juga menyerahkan sebagian besar wilayah kekuasaannya kepada VOC.
Ia meninggal pada tahun 1690 dan digantikan oleh putranya, Sultan Abul Fath Abdul Fattah atau Sultan Zainul Abidin.
Sultan Zainul Abidin berusaha untuk membebaskan diri dari pengaruh VOC dan mengembalikan kejayaan Kerajaan Banten.
BACA JUGA:Perkuat Sinergitas Kapolres Kaur Kunjungan Silaturahmi dengan Dandim 0405
Ia membangun kembali angkatan lautnya dan menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, seperti Mataram, Banjar, dan Gowa.
Ia juga mengirim utusan ke Turki Utsmani, Perancis, dan Inggris untuk mencari bantuan.
Namun, upaya-upaya ini tidak berhasil dan ia terus mendapat tekanan dari VOC.
Pada tahun 1752, VOC berhasil menyerang dan menghancurkan ibu kota Surosowan.
Sultan Zainul Abidin terpaksa melarikan diri ke Anyer dan kemudian ke Cirebon.