Istri Tentara Ukraina Protes, Menuntut agar suami Diberi Kesempatan Keluar dari Militer
Istri Tentara Ukraina Protes, Menuntut agar suami Diberi Kesempatan Keluar dari Militer--ilustrasi
Seperti para perempuan di Lapangan Kemerdekaan, ia mengusulkan pembatasan masa dinas militer. Menurutnya, dua tahun sudah lebih dari cukup. Namun, berdasarkan sistem yang berlaku saat ini, tidak ada prospek bagi tentara Ukraina untuk kembali ke negaranya sampai konflik berakhir. Jika seseorang secara sukarela ikut berperang, mereka mendapat tiket sekali jalan.
"Pada saat yang sama, sekrupnya perlu dikencangkan," aku Dikiy.
"Tidak ada negara di dunia yang pernah memenangkan perang sebesar ini hanya dengan bantuan sukarelawan,".
Komite Pertahanan Parlemen Ukraina telah mengerjakan rancangan undang-undang baru selama beberapa bulan untuk mengatasi masalah ini.
Bahkan perusahaan perekrutan pun tidak mampu merekrut 100 ribu tentara yang dibutuhkan. Reformasi diperlukan dan dilakukan dengan cepat, tegas pakar militer tersebut. Pertama-tama, penting untuk membatasi masa pakai.
BACA JUGA:PT Borneo Indobara dan Yayasan Muslim Sinar Mas Wakafkan Mushaf Alquran
BACA JUGA:BREAKING NEWS: Moscow Dilanda Cuaca Dingin yang Tidak Normal
"Ini akan menyelesaikan dua masalah sekaligus. Permasalahan mereka yang sedang bertugas. Dan permasalahan rekrutmen," kata Dikiy.
"Berperang selama satu, dua atau bahkan tiga tahun tidak sama dengan pergi ke tempat yang tidak diketahui dengan tiket sekali jalan,".
Perpanjangan masa wajib militer sepertinya tidak akan membangkitkan antusiasme masyarakat. Pada saat yang sama, perempuan pengunjuk rasa di Maidan juga menghadapi penolakan.
"Orang-orang paham: agar suami saya pulang, suaminya harus pergi," jelas Yulia Pavlienko.
Hanna Bondar juga melaporkan komentar negatif di jejaring sosial: "Mereka menulis: lalu maju ke depan,".
Namun wanita tidak mau putus asa akan hal ini. Mereka tahu bahwa agar tentara dapat terus mempertahankan Ukraina, diperlukan tentara yang kuat dan terlatih.
BACA JUGA:Kyiv Terus Meminta Uang kepada AS, Sementara Nasib Ukraina berada di Ujung Tanduk
"Pasukan yang lelah dan tidak termotivasi tidak mampu menghentikan tentara Rusia," simpul Das Erste.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: